Minggu, 12 Oktober 2014

Mangkuk Cantik, Madu, dan Sehelai Rambut


Rasulullah SAW. Abu bakar, Umar, dan Ustman datang bertamu ke rumah Ali. Disana mereka dijamu oleh Fatimah, putri Rasulullah SAW sekaligus istri Ali bin Abi Thalib. Fatimah menghidangkan untuk mereka semangkuk madu. Ketika mangkuk itu diletakkan, sehelai rambut jatuh melayang dekat mereka. Rasulullah SAW segera meminta para sahabatnya untuk membuat perbandingan terhadap ketiga benda tersebut, yaitu mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut.
Abu Bakar yang mendapat giliran pertama segera berkata, “Iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang beiman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih suslit dari meniti sehelai rambut”.
            Rasulullah SAW tersenyum, lalu ia menyuruh Umar untuk mengungkapkan kata-katanya. Umar segera berkata, “Kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Rajanya lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut,”
            Rasulullah SAW kembali tersenyum, lalu berpaling kepada Ustman seraya mempersilahkannya untuk membuat perbandingan tiga benda dihadapan mereka. Ustman berkata, : Ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan beramal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
            Seperti semula, Rasulullah kembali tersenyum kagum mendengar perumpaman yang disebutkan para sahabatnya. Beliau pun segera meminta Ali bin Abi Thalib untuk mengungkapkan kata-katanya. Ali berkata, “Tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang kerumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
            Rasulullah SAW segera mempersilahkan Fatimah untuk membuat perbandingan tiga benda dihadapan mereka. Fatimah berkata, “ Seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Wanita yang mengenakan purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya, lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
            Setelah mendengar perumpamaan dari para sahabatnya, Rasulullah SAW segera berkata, “Seorang yang mendapat taufiq untuk beramal lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Beramal dengan perbuatan baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas, lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
            Malaikat Jibril yang hadir bersama mereka, turut membuat perumpamaan, “menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
            Allah SWT pun membuat perumpamaan dengan firmanNya dalam hadis Qudsi, : “SurgaKu itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik itu. Nikmat surgaKu itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju surgaKu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”

JJJ

“Orang yang memiliki kemuliaan senantiasa mengakui nikmat Allah dan membicarakan-Nya. Sedangkan orang yang takabur selalu mengedepankan dirinya sendiri ketimbang Allah SWT.”

Kamis, 02 Oktober 2014

Contoh Resensi Buku NonFiksi

Memoar Kehidupan Ustadz Jeffry Al Buchori
Oleh. Kelompok 1

Judul Buku           : Siapa Penerus Saya ?
Penulis                  : Ust. Yusuf Mansur
Penerbit                : PT JePe Press Media Utama
Cetakan                : I
Tahun Terbit        : 2013
Jumlah Halaman  : xii + 100

Tantangan zaman dan kompleksitas persoalan hidup manusia semakin banyak, beragam, dan rumit karena bercampur dengan kemaksiatan dan dosa manusia itu sendiri. Disaat kita sedang betul-betul butuh banyaknya orang yang bisa mengajarkan dan sekaligus mencontohkan kebaikan, kemudian kita dikagetkan dengan wafatnya salah seorang penceramah kita, yakni Ustadz Jeffry Al Buchori. Yaitu seorang pendakwah yang memiliki latar belakang seorang santri lalu berubah menjadi seorang  pemabuk, pecandu, pemaksiat dan sangat dekat dengan dunia malam, juga telah  mengalami banyak kejadian luar biasa pada dirinya. Dengan kasih sayang Allah SWT dan orang-orang terdekatnya ia mampu kembali ke jalur islam dan dakwah yang tentu tidak dengan cara yang mudah.
Selepasnya, dengan strategi berdakwah yang berbeda, Ia mampu menjadi seorang pendakwah yang sukses dan disayangi oleh siapapun pendengarnya. Pada akhirnya, Saat semua merasa kehilangan atas kepergiannya, entah mengapa begitu luar biasanya juga cara Allah untuk mengistimewakan hambanya tersebut. Khusnul khotimah.  Itulah salah satu sisi menarik dari kisah ini, membuat kita heran akan keutamaan yang bisa di peroleh beliau. Ter-ajak untuk tahu bagaimana cara  menjadi dan terus mampu menciptakan hamba Allah yang demikian.
                   Secara keseluruhan, ada 2 tema yang diangkat dalam buku ini. Yakni sebagian untuk mengenang Ustadz Jeffry Al Buchory (Uje) dan yang sebagian yang lain adalah untuk mengingatkan kepada kita akan pentingnya regenerasi, kaderisasi dan yang lebih penting lagi adalah menjadikan diri kita sendiri contoh kebaikan bagi sebanyak-banyaknya orang.
                   Buku ‘siapa penerus saya’ merupakan salah satu karya dari seorang pendakwah, yang juga merupakan rekan dekat almarhum Ustadz Jeffry Al Buchori, yang lahir di Betawi tahun 1976. beliau pernah memiliki latar belakang yang kelam. Tetapi ia mampu kembali bangkit menjadi sosok yang patut diteladani. Ustadz Yusuf Mansur, telah menerbitkan banyak karya. Diantaranya, Dahsyatnya bersyukur, Do’a Nabiyullah Musa AS, Shalat dan Sedekah, The Miracle of Tahajud and Duha, Seberapa Dekat Kita dengan Al qur’an dan masih banyak lagi. Salah satunya berhasil di film-kan yaitu berjudul ‘Kun-Fayakun’ yang disutradarai oleh H.Guntur Novaris.        
                   Dengan gaya yang sederhana, buku ini terasa akrab dengan pembaca karena dipaparkan dengan bahasa yang santai, kompleks dan terstruktur. Tapi sering juga ditemukan kata atau singkatan yang kurang dipahami. Contohnya, ‘gpp’,’ngeboat’, atau istilah ‘Qori’,‘mukaddimah’. Pembaca benar-benar dituntut untuk dapat mengerti sendiri dengan terus mengikuti alur cerita. Terdapat sepenggal kata mutiara pada awal bab, dibumbui juga dengan penggalan ayat suci yang membuat kita sedikit lebih dekat dengan Al-Qur’an. Jika dibandingkan dengan beberapa buku sejenisnya, buku ini tidak hanya menggunakan satu sudut pandang sehingga apabila dibaca akan dapat lebih menarik dan mudah di mengerti.
                   Buku ini sebenarnya akan lebih sempurna jika penulisnya lebih menekankan kehidupan tokoh Uje pada pemaparan bab tema terakhir dengan sistematis. Tapi terlepas ketidaksempurnaannya, harus diakui buku ini merupakan  karya yang sangat memikat. Merupakan pengalaman nyata dari seorang yang wajib diteladani. Membuat agar kita tertarik dalam misi ini, dengan mau ber-dream,ber-pray, serta mengambil action.
                   Setelah membaca buku ini, diharapkan bisa menyadarkan kita akan banyak hal. Menjadi mengerti apa yang harus kita lakukan dalam  hal kebaikan, dan kemudian kita sendiri mau menyuruh orang lain untuk sama-sama berdoa, berbuat kebaikan, dan menjauhi kemungkaran. Buku ini sangat cocok dimiliki oleh segala kalangan karena bermanfaat untuk menambah pelajaran, pengalaman, ilmu, serta iman. Kita nantikan karya berikutnya. 


kelompok 1 :
Melrinda
Adi Putra
Adi Yono
Inggi Mardayanti
Lis Fadilah
Sugeng  Triono
Nanik Rohyani
SMAN 1 Tanjung Lago, Banyuasin, Sumsel
kelas XII IPS 1 2013/2014
guru Pembimbing : Bastomi, S.Pd