Tok.tok.tok.duk.duk.duk..
Suara
pintu yang digedor kencang itu seakan menjewer telinga dan memaksaku bangkit
dari tempat tidur. Paman jam masih menunjukan pukul 03.59 dini hari. Pak Rohim
sudah mulai bergerak keliling asrama untuk membangunkan kami. Padahal masih ada
45 menit lagi untuk masuk waktu subuh. tetapi itu memang antisipasi untuk kami
yang akan antre dikamar mandi. Dikamar mandipun aku masih sempat-sempatnya
memejamkan mata sampai tak sadar adzan subuh telah terdengar. Kami pergi ke
mushola milik sekolah untuk mendirikan solat subuh berjamaah. Ya, ini memang
sudah menjadi rutinitas bagi kami yang bersekolah di SMP-SMA Olahraga Negeri
Sriwijaya Palembang. Sekolah khusus olahraga tingkat provinsi nomor 3 di
Indonesia. Jumlah siswa laki-laki maupun perempuan dari kelas VII sampai XII saja tak sampai 200 orang. sangat bangga bisa bersekolah disini. Yang tentu dengan seleksi
ketat untuk bisa bergabung.
Namaku
Rinda. Saat ini aku duduk dikelas tiga SMP. Sepak Takraw yang ku pilih dari 13
cabang olahraga yang ada disekolah ini. Pagi itu aku dan seluruh teman
disekolah mulai menjalankan aktifitas seperti biasa.
“Rin,
jogging barengan, hari ini aku mau ngalahin kamu!” tantang Hani yang lebih
cepat mengikat tali sepatunya.
“Haha,serius nih,ntar kamu yang
ngos-ngosan duluan,bisa ngeganggu nafas lariku juga,tau!”
“ihh,,sombong
kali,,liat aja ntar aku ambil start duluan pokoknya!”
“ehh,,kok gitu,yaudah aku juga bakalan
didepan!! Wekk”
Kami pun berlari saling berebut untuk
bisa berada paling depan.
latihan
fisik umum pagi selesai. Jam menunjukan pukul 07.10 WIB. Kegiatan selanjutnya
yaitu mandi, sarapan, dan siap-siap ke sekolah. Dan kembali lagi untuk
mengantre. Antre mandi, antre makan dan seragam sekolah yang harus segera
dikenakan pun harus menunggu untuk disetrika.Ya, antre!
Tak
terasa tinggal menghitung minggu kami duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama
ini. Kegiatan belajar tambahan sudah dimulai. Jam-jam istirahat pun hanya
kugunakan untuk belajar dikelas.
“haduh,
aku bisa gak ya melewati ujian dengan baik. Aku harus lulus dengan nilai
terbaik dan ngelanjutin ke SMA ini juga. Harus tercapai untuk jadi atlet sukses
dan cerdas!”. kataku pelan pada diriku sendiri.
“bisa dong, kan sohibku pinteeerr...!!”
sambar Hani yang ternyata diam-diam mendengarkan bicaraku.
“yeee..kamu nguping aja kerjaannya!”
“ehh,,bukan nguping,say.. Cuma
kebetulan denger kok! Trus dilanjutin aja sekalian.hehe”
“modussss. sama aja kali!” timpalku.
“emang kamu gak gugup menghadapi Ujian Nasional nanti?,, trus rencana mau nyambung
SMA mana?”.
“emm,
ya gugup sih. Tapi kalo kita udah usaha belajar kan tinggal berdoa nya aja, rin!”.
Nahh, kalo urusan ngelanjutin kemana aku juga belum tau. Terserah mama aku aja
deh”.
“loh, kok mama mu, emangnya mama mu
masih mau sekolah ya?hehe” celetuk ku.
“ya
gak gitu juga. sebenarnya masih pengen ngelanjutin disini. Tapi tau sendiri kan
hidup di asrama itu gimana. Aku sering cerita sama mama. Apalagi tentang
senior-senior yang..... yah begitulah!”. curhat Hani, sohibku atlet Volly yang
sedikit tak nyaman dengan keadaan cabang olahraganya itu.
“Hmm,iya sih aku ngerti. Tapi kan bentar
lagi mereka lulus. Nah kita-kita yang bakal jadi seniornya disini.” Aku
berlagak.
“iya
sih, aku harap juga gitu. Tapi ntar kalo kamu udah jadi senior jangan seperti
itu ya! harus disayang dan dikasih tau bener-bener adik yuniornya, contohin
cara latihan dan belajar yang rajin!”
“Iya.iya.
tenang aja. Rinda ini kan orangnya rajin, semangat, baik hati, tidak sombong
dan pastinya penyayang. apalagi sama
yang namanya Hani !! hahaha” aku menggoda.
“alah.alah..rin mulai lagi kan lebay
nya!!”
“hahaha,,ntar kangen loh sama kelebihan
aku...wkwk. keluar dikit gak papa kali” canda ku.
Teeett.teeettt. bel masuk berbunyi.
Dikelas
kami duduk sebangku. Karena asrama, Kemanapun kami bisa selalu bersama. Makan lebih
sering sepiring berdua. Dia yang antre ambil makan, aku yang nyuci piring.
Kadang sebaliknya. Aku nyuci baju, dia yang bilas, jemur nya bareng-bareng. Mandi kadang-kadang
juga berdua,hehe. Kecuali jika jam latihan sore khusus cabang olahraga masing-masing.
Ba’da isya kami nonton bareng sama anak -anak
yang lain diruang TV, jika tak belajar atau main dikamar sekedar untuk bercerita
tentang hari itu. Kami sangat dekat. Entah sejak kapan kata ‘sahabat’
menghampiri kami. Tak hanya saat senang maupun susah, saat marahan pun telah
kami lalui sejak masuk disekolah ini. Baru kali ini aku merasa sangat
menyayangi seorang sahabat. kami saling memahami satu sama lain. Walaupun
terlihat ceria, tapi dia tetap tau apa yang sebenarnya aku rasakan. 3 tahun
kami bersahabat. Hidup di asrama tak seenak yang dikatakan orang-orang. tapi
ada satu alasan yang menjadi tujuan utama dan membuat kami bertahan. Kami
merantau dan akan benar-benar berjuang disini. Kami tidak akan mengecewakan
keluarga dirumah. Kami akan membuat mereka bangga dengan prestasi gemilang. Ya,
untuk menjadi atlet profesional. Mengharumkan nama Indonesia di kanca
Internasional. Siapa yang takkan bangga dengan itu?
“Rin,
besok ayah atau ibu kamu yang ambil pengumuman kelulusannya?” tanya Hani.
“emm,
kayak nya ayahku. Kalo kamu?”
“dua-dua
nya.hehe” jawab Hani yang memang anak semata wayang orangtuanya itu.
“eh,
bawain makanan srikaya,ya! Bilang mamamu aku pesen,hehe”. Aku memang
sering dibawakan mama nya makanan.
Mamanya sudah kuanggap seperti ibuku sendiri. maklum orangtua ku sangat jarang
datang ke asrama untuk menjenguk atau sekedar kasih uang jajan. Ujian Nasional
pun telah kami lewati. Besok adalah hari
akan dibagikan kelulusan. Sekaligus keputusan akhir akan melanjutkan kesekolah
mana yang di inginkan.
Hari
itu pun tiba. Setelah wali murid masuk ke kelas. Kami hanya menunggu diluar.
Gugup, hasil apa yang akan kami dapatkan. Ternyata, kami semua lulus dan akulah
yang mendapat peringkat terbaiknya. Aku memutuskan untuk tetap melanjutkan ke
SMA itu.
“ehm.ehm.
ciee yang dapet juara umum. selamat ya!” sapa sohibku, Hani.
“hehe..
iya.iya. makasih. Kamu juga deh selamat udah dapet nilai terbaik juga.” aku
tersenyum. “Jadi lanjut kemana nih, lanjut kesini aja lagi, han, bareng sama
aku” harap ku. “loh,,kenapa lu han??kok mewek?”. Tanyaku, setelah melihat air
mata yang tiba-tiba saja mengalir di pipinya.
“gak
apa-apa kok. Tadi mamaku bilang aku udah didaftarin ke SMKN 3 Palembang, rin.
Jadi aku gak lanjutin disini. Maaf ya. Mungkin besok aku udah keluar dari
asrama. Dan malam ini beresin barang-barangnya” ucapnya sambil menghapus air
mata.
“hah,
serius han?? loh.loh, kok cepet banget” aku sedikit terkejut dan sebenarnya
sangat sedih.
“iya,rin.
Malem ini pokoknya kamu harus bantuin aku! sekalian tidur dikamar aku aja,ya.”
“hem,,iya
deh. Tapi pokoknya harus ada makanannya ya!”
“hhuu...mau
nolongin aja ada maunya!”. Protes Hani.
Aku tertawa
sambil mengejeknya. Lalu diam. Mulai terbayang kenangan yang pernah kami lakukan selama 3
tahun terakhir. Mulai bertanya, akankah dimasa yang akan datang aku dapat lebih
merasakan arti persahabatan lagi. Mungkin, malam ini akan menjadi akhirnya. menanti
apa yang akan terjadi. saat ia pergi meninggalkanku didepan asrama, dia masih
tetap tersenyum, mengerti apa yang kami rasakan itu sama.
“nih,,boneka
bantal buat kamu,dijaga ya..itung-itung sebagai pengganti bantalku yang sering
kamu pake buat nangis.hehe” aku mencoba tak terlihat sedih.
‘hahaha.
Rin,rin,, apa-apan sih.. biasa aja kali.. iya aku jaga, gak bakal pergi
kemana-mana deh dia,hehe”. jawabnya sambil tersenyum.
“hmm...iya!
ntar disekolah baru jangan lupakan kami yang disini,ya! harus pintar memilih
teman pergaulan biar gak celaka, trus belajar yang bener, gak boleh menyerah,
harus terus semangat, dan apapun yang terjadi harus tetap melakukan dan menjadi
yang terbaik!” aku berpesan.
“hmm,,
oke bos cerewet! Siap untuk melaksanakan!! hehehe”. Hani bergaya sambil
menghormat
Entah
mengapa, ternyata itu adalah hari terakhir kami akrab. Sekarang kami telah
menjadi siswa SMA. Dengan sekolah yang berbeda. Ternyata untuk menemukan seorang
yang benar-benar sahabat saja sangat sulit didunia ini. hari-hari ku terasa
kurang. Aku sangat merindukan sahabat dan persahabatanku. Meski aku mempunyai
teman-teman yang baik dan kutemui setiap hari. ya, mereka temanku, tidak
sahabatku.
“mungkin
sekarang Hani lagi kumpul-kumpul sama teman barunya ya, bel. Jalan bareng ke mall,
kesalon, karaoke-an.hehe. gak kayak kita disini,setiap hari hanya latihan,latihan
dan latihan” curhatku pada Bella teman dekat yang sering juga bermain denganku
dan hani.
“iyah,rin asik yaa..tapi emang udah sibuk banget ya dia sekarang, udah jarang banget
ngasih kabar. Pasti sibuk banget sama sekolah barunya, bimbelnya, latihannya
dan apalah. Tapi emang ngangenin banget, plus salut sama tu anak. Aku lihat di
akun twitter nya aja udah berubah
banget gayanya. lha kita, tinggal dikota masih suka ketinggalan”. Bella
mengeluh.
“haha,
gak papa lagi bel, yang penting cita-cita kita dulu yang harus digapai. Kalo
udah sukses kan apa-apa pasti mudah lah”
“iyah, Rin. semoga apa yang kita rencanakan bisa terwujud ya. Yakin dengan takdir yang
akan diberikan oleh Allah pasti itu adalah yang terbaik. Yang penting belajar
dan latihan yang rajin. dan pastinya harus terus beribadah”. Kami sepakat dan
harapan pun kami amini.
“yaudah
yuk masuk kamar udah jam 9 nih, ntar kena oceh ibu asrama jam segini masih
nangkring depan TV. Besok kayaknya jadwal jogging mantap banget !! ” ajak bela
yang sedikit cemas dengan jadwal latihan besok. dan pastinya sudah harus siap
dikejutkan dengan gedoran pintu sang penjaga asrama. hehehe
Empat
tahun berlalu. Harapanku tetap sama. Aku yakin suatu saat kami akan bertemu dan
bersama lagi, bercanda lagi, berbagi
cerita lagi. Rasanya ada berjuta kisah yang ingin kuceritakan padanya. Entah
kapan itu terjadi. Entah ia masih menginginkan nya atau tidak. Entah aku yakin
atau tidak jika ia juga merindukan kenangan itu. Rasanya itu sulit, meski
kadang bertemu atau bersapa di jejaring sosial.
Mungkin
berlebihan. Tapi aku menyadari bahwa sampai saat ini dia masih sahabat terbaikku. Asrama, sekolah, musholla,
ruang makan, tempat latihan menjadi saksi bisu kisah persahabatan kami. Ya,
persahabatan lucu dan konyol seperti tokoh kartun Spongebob dan Patrik itu,
takkan pernah kami lupakan. Sampai kapan pun. Sampai kami sukses. Dan
sampai kisah ini hanya menjadi kenangan.
Sampai
jumpa kenangan, aku merindukanmu. semoga kita kan tetap bisa melukis kisah kita.
Bahkan dalam keadaan yang lebih membanggakan dan kisah yang lebih menakjubkan. J