Embun
menyapa. Sejuknya pagi ini menarikku segera ke jendela kamar. Angin segar yang
pernah kurasakan sebelumnya berbeda. hujan masih jatuh ditanah ini rupanya. Tuhan
pun masih peduli. Hanya Secangkir teh yang saat ini mau memenuhi hasratku,
menemaniku untuk berpikir, bertukar pikiran. “Apa arti kehidupan untukmu?”. aku
usil bertanya berharap ada jiwa yang benar-benar mau menjawabku saat itu. ia memang
diam dan seolah mengerti. Mungkin salah ku pagi ini, membuka lagi lembaran
lembaran nostalgia itu. Hanya senyum yang ku ungkap hingga Teh-ku pun seakan berbalik bertanya. Apa arti kehidupan
‘itu’ untukmu?.
Aku menghirupnya
sedikit dan entah apa yang akan kupikirkan untuk menjawabnya. Baiknya kau
tak pernah lagi melihat ‘spion’ itu, Karna hanya akan membuatmu terpukau diam
disana jika kau tak bisa menjawabku. Ya, pahamku mungkin belum sepenuhnya
mengerti. Dan lagi, aku mencari lembar buku yang lain, terdapat kesuksesan dan
kegagalan yang terurai disana. Aku termenung, berharap teh-ku tak mengulang
pertanyaan yang sama. Menurutmu, apa seseorang bisa melupakan sejarah dalam
hidupnya?. Ku hirup untuk kali kedua, dan ia balik bertanya tanpa menjawab lagi
sebelum habis kuminum. Apa kau juga hanya akan diam, setelah
berulang kali mengingat hal yang telah lalu
dan sukses menjadi bagian dari sejarah hidupmu?. Aku memandang untuk kali ini. mengapa ia seakan
begitu memaksa. Aku rasa ia memaksaku untuk meninggalkan masa lalu yang
menurutku indah, walau memang terasa pahit. Ya, kadang aku lupa dengan segala
yang telah kudapat pasca kenangan
kenangan itu. Aku mungkin terlalu menyayangi, memori apapun itu.
Matahari
menyilau. Pohon,rumput dan burung
didekatku mulai bosan melihat kesibukan ku dengan sebuah cangkir.
Secangkir teh yang kini bertambah ruang
kosongnya. Rasanya aku enggan menghabiskan ¼ lagi untuk membuatnya menjadi benar-benar
kosong. Tuan teh, mungkin aku tak bisa dengan mudah melupakan semua kenangan
dalam hidupku yang telah membawaku sampai hari ini. semua kesuksesan yang
berjasa membantuku untuk terus maju dan kegagalan yang terus mencambuk untuk
lebih cepat menggapainya. Kisah cinta dan sahabat yang aku akui terkadang bisa menghentikan
langkah walau sejenak.
Terpaan
angin lembut menggerakkan permukaan nya didalam sana. “Untuk kali terakhir, aku tak
pernah memintamu melupakan kisah yang kau katakan itu untuk di hilangkan. Apa
kau ingin lupa tentang keyakinan akan dirimu? terbaik? Pantaskah kau bahagia
hanya karna masa lalu? yakinlah, kau tak
memerlukannya. mengerti nikmat Tuhan yang telah menjelaskan padamu selama ini. Aku
percaya, aku berdoa untukmu”.
...... Mungkin
ini saat nya aku mengangkat dan menghirup terakhir kali seperti yang ia minta. Cangkir
yang kupegang masih tetap hangat. Sehangat senyum kepercayaan nya padaku. Tiga
babak percakapan yang amat singkat antara aku dan ia telah tercerna dengan sendirinya. aku hanya perlu bersyukur. mungkin dengan cara Tuhan yang begitu unik
membelokkan ku ke arah yang lain. ‘Ini dia caranya, ini dia jalan ceritanya’. Bersabar
dan bersiap untuk menulis lagi kisah hebat di lembar lembar yang baru. Buku yang di awal halaman nya
berisi tentang kesimpulan. Dan pesan yang
kelak akan dibutuhkan. Ya, tanpa harus membuka buku buku kusam itu, Lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar