Bismillah.
Asalamualaykum
gaesss, setelah sekian lama akhirnya ane sempet juga buat-buat yang kayak gini.
Sebenernya niatnya ane mau buat resensi gituu, itung-itung pemanasan buat garap
tugas akhir mahasiswa semester tua tapi,, tiap mau nulis selalu aja bawaannya
pengen cerita (:D). Resensi itu
biasanya buku-buku nonfiksi kan, nah karena ane baru selesai baca novel alias
fiksi, jadi ya gitu, nulis ini dengan gaya yang super santai dan jauh dari kata
ilmiah (wkwk). Eitss.. meskipun fiksi, tapi ini bukan cerita novel biasa loh,
karena manfaatnya emang lagi dibutuhin banget sama kita-kita mujahid yang cinta
agama dan tanah air! Hehe. Pokoknya, tidak ada yang tidak Allah berikan hikmah,
asalkan kita mampu dan mau mengambil pelajaran.
Novel
unik karya Adian Husaini ini
berjudul KEMI yang terdiri dari tiga seri. Intinya, ini merupakan kisah
pergulatan batin dan pemikiran para aktivis liberal di suatu negeri (menurut
ane sih Indonesia banget) yang sudah pasti sangat bertentangan dengan ajaran
agama Islam. Dan menurut ane, bukan gak mungkin Proyek Liberalisasi memang
benar-benar ada dijalankan di Indonesia. proyek liberalisasi??
Jadi
gini,, si Kemi ini adalah seorang santri cerdas disuatu pesantren. Bersama
sobatnya yang bernama Rahmat, mereka udah mulai dipersiapkan oleh Kiai Rois
untuk menjadi guru dan pengurus pesantren tersebut. tapi tiba-tiba Kemi meminta
izin pada pak Kiai untuk bisa melanjutkan kuliah di Kota. meski telah diskusi
panjang dan pak kiai agak berkeberatan, Kemi sudah bertekad dan memutuskan
untuk tetap pergi. Setelah sekian bulan, Rahmat kebetulan mengantar adiknya ke
kota dan janjian untuk temu kangen sama Kemi. Alhasil, diskusi terjadi dan
perdebatan tak terelakkan. Disini yang ane suka, novel ini bukan melulu tentang
kisah dengan bahasa sastra yang indah saja, tapi novel ini isinya argumen
semua! Lebih tepatnya, argumen yang disajikan dalam bentuk cerita. You know that, argument itu dibuat pake
data yang valid alias gak fiksi. jadi kita bisa dengan mudah mencerna pemikiran liberal yang dihadapkan dengan
aturan-aturan Islam, kita lebih paham cara pemikiran liberal yang mudah masuk
ke nalar kita dengan istilah-istilah yang kekinian. Dan disitu ane bener-bener
paham, ternyata jeratan angan-angan dan gurita liberalisme dapat menyerbu kapan
saja, tiap detik yang tanpa disadari menghancurkan aqidah dan keimanan kita. Na’udzubillah.
Lanjut,
si Rahmat pulang ke pesantren dan menceritakan perkembangan Kemi kepada kiai
Rois. Kiai paham akan permasalahannya. Dengan musyawarah dan istikarah, maka
Rahmat pun diberikan misi untuk membawa Kemi ‘pulang’ kembali. Tidak tanpa
persiapan, beberapa hari sebelum berangkat, Rahmat ‘di godok’ lebih matang agar siap ‘bertempur’. Rahmat
diberikan banyak buku tentang pemikiran liberal berikut dengan kritik nya dari
sudut pandang Islam maupun lainnya. Rahmat di didik untuk cepat dan kritis menanggapi
isu-isu nasional maupun internasional, dulu maupun sekarang. nahh, disini yang
ane suka juga. Disini ane paham, kalo kita memutuskan untuk berjuang turun
dalam satu medan tertentu, kita kudu punya persiapan matang. Kita kudu tau
kapasitas diri kita sendiri, bekal apa yang wajib kita miliki. Kita kudu
menguasai ilmunya! Bukan niat, kalo Cuma ada niat doank.
Kemi
di-kuliah-kan di satu universitas lintas agama, dan pastinya pemikiran yang
diajarkan adalah yang sekuler. di-kuliah-kan yang artinya di bayarin.
ceritanya, Kemi ini di sponsori oleh lembaga-lembaga asing yang ternyata bagian
dari proyek liberalisasi di Indonesia. ya, proyek liberalisasi. jadi Kemi ini
‘di rekrut’ masuk ke dalam jaringan untuk bisa menyebarkan paham-paham
liberalisasi di Indonesia. kenapa Kemi? Nahh ini juga yang ‘ternyata’, ternyata sindikat memang mencari orang-orang seperti
Kemi. selain cerdas dan punya cara kerja yang top, jangan lupakan kalo dia
adalah seorang santri. Ya, mereka memanfaatkan personal branding! jadi dapat
dikatakan, seorang santri/ulama (yang makanannya tiap hari ‘kitab-kitab’) nyatanya
berpikiran pluralis, mempelopori Islam toleransi tingkat tinggi, yang ‘legowo’ kalo semua agama didunia itu
sama benarnya, menilai agama lain tidak dari sudut pandang agama tertentu saja,
kesetaraan gender, kaum homo-lesbi pun diperjuangkan hak seksualitasnya.
Bahkan, ada yang sengaja disekolahkan di sekolah Islam untuk merusak ajaran
Islam itu sendiri. kayak Snouck Hurgronje
yang belajar Islam, tetapi sebagai alat penjajah agar mudah menaklukkan bangsa.
Jadi Kemi ini kerjanya buat proposal-proposal
gitu, nanti di ajukan dan dicairkan dana nya. terus dibuat semacam
seminar-seminar, ‘pelatihan pemikiran’, dan diskusi-diskusi tentang liberalisme
yang humanis non-fundamental. Ia diberi fee
plus ketenaran seantero publik. Jangan tanya ini dana nya darimana, ya dari
negara yang menggaungkan paham liberalis lah! hehe. Tak jarang juga, dana-dana
asing itu disalurkan ke pesantren-pesantren sebagai bentuk bantuan asalkan para
kiai dan santri menerima dan mengikuti segala bentuk kegiatan liberalisme
bertopeng Islam moderat yang rahmatan lil alamin. Nah, udah pada tahu kan kalo
mau merusak suatu bangsa salah satunya yaa masuk ke dalam sistem pendidikan! Dan
menyebarkan ilmu atau pemikiran yang salah, bisa bayangin gak itu gimana efek
dan dosanya ??-_-
Rahmat
sebenarnya jadi calon korban selanjutnya juga, ia ditargetkan untuk masuk
kedalam jaringan sindikat karena kecerdasannya yang membawa keuntungan untuk
proyek liberalisasi di Indonesia. Tetapi Rahmat, sudah paham betul dengan apa
yang Ia hadapi. Ia sudah mempersiapkan diri sebelumnya dan terus dibimbing oleh
pak Kiai Rois. Dia juga selalu berdoa, “ya
Allah, tunjukkan lah kepadaku yang benar itu benar dan berikanlah kemampuan
kepadaku untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah yang bathil itu bathil, dan
berikanlah kemampuan untuk menjauhinya.” Alhasil, setiap diskusi yang ada, Rahmat
selalu mampu menjinakkan bahkan menelanjangi logika-logika liberalis hingga
akhirnya, Rahmat dianggap sebagai ancaman dan Kemi dianggap telah gagal
menjaring Rahmat. Kemi, yang merasa benar dengan pemikiran liberalisnya, merasa
‘ikhlas’ melakukan penyebaran-penyebaran paham liberal meski tidak sadar bahwa
sedang ditipu. Daaan, disini lagi yang ane ambil pelajaran. Ternyata sesuatu
yang kita kerjakan dengan ikhlas pasti akan dilakuin dengan tekun meskipun
kenyataan sedang sulit. seorang liberalis yang materialis, gak akan mau kerja
kalo gak ada duit. Jadi kerja gak mau susah, kalo susah duit nya juga kudu
gede. Sampai-sampai menggadaikan idealis dan negara Cuma untuk keuntungan
sendiri yang sebenarnya sedikit!. Nah ini, yang dicontohkan oleh para pahlawan.
Kenapa mereka gigih memperjuangkan kemerdekaan meskipun itu sulit
berdarah-darah bahkan bertaruh nyawa, karena mereka ikhlas! Ikhlas untuk kebaikan
negeri tercinta dan seluruh umat Indonesia. suatu nilai moral yang agung yang
membuat bangsa Indonesia tidak mudah ditaklukkan. Faktanya, umat Islam menjadi
ancaman potensial bagi penjajah, karena punya ajaran jihad yang amar ma’ruf
nahi munkar semata-mata ikhlas ridha karena sang Ilahi. Jadi wajar saja, sejak
dulu umat Islam selalu dideskritkan. Di seri kedua novel ini, bercerita tentang
misi menemukan kembali Kemi yang hilang. Dengan adanya satu ‘tim’ yang solid,
ini bukan sekedar misi pencarian melainkan menyusuri jejak konspirasi proyek
liberalisasi di Indonesia. para tokoh mencoba mencegah jaringan tersebut yang
nantinya pasti akan menjadi fitnah untuk agama Islam. disini ane ngerasa kok ya
ane banget, keinget sama film ‘Alif Lam Mim’ juga, dimana selalu mengharuskan adanya
kerja strategis dibeberapa lini, ya itu; da’i, penegak hukum&politisi, dan
jurnalis/media massa. Kisah cinta? Ada juga kok bagiannya di novel ini, lebih
so sweet dari kata mutiara di akun-akun jomblo pastinya (wkwk).
Seperti
human traficking, Kemi dieksploitasi
kemampuannya untuk kepentingan bisnis liberalisasi. ia seperti ‘dijual’ ,
dieksploitasi tanpa sadar, dan ketika sudah tak berguna maka akan dihabisi
nyawanya. Begitu, si Kemi pun di aniaya sampai beberapa bulan lamanya tidak
sadarkan diri, ia diculik dan dibawa ketempat tertentu, dikembalikan, untuk
kemudian dibunuh secara perlahan. Tumbal! Siapa saja yang yang terlibat tidak
akan mudah untuk keluar. No free lunch,
guys! Yang udah dinikmati, harus dibayar. Yang mengancam, harus
disingkirkan. Membunuh atau terbunuh.
Well,
begitulah kira-kira cerita singkatnya. Yang jelas, ane nulis ini Cuma lagi
pengen aja hari ini, pengen mulai belajar menerapkan didikan kiai Rois kalo
abis baca buku emang bagusnya langsung ditulis, dirangkum pake bahasa sendiri
biar ngerti. Pelajaran lain juga, setiap ilmu itu adalah peliharaan yang harus
diikat, dan ikatannya adalah dengan dituliskan. Bahkan, tradisi ulama kita,
tidak melewatkan hal-hal kecil yang dilakukan guru-guru. Semua dicatat sehingga
dikemudian hari dapat dijadikan pelajaran untuk generasi setelahnya. Pengen
juga jadi bagian dari perubahan dan kemajuan dengan banyak menulis. ingin jadi
tentara nya Allah yang baik kualitasnya, bukankah tinta ilmu ulama sama
nilainya dengan jihad pedang di medan perang? meski sedikit dan masih belajar,
setidaknya ayokk usaha terus untuk menjadikan diri lebih baik. (hehehe, curcol
deh)
Banyak
hal yang tersadarkan dari hikmah novel ini, tentang strategi musuh Islam
melalui perang pemikiran yang sudah sangat nyata saat ini, tentang ilmu dan
idealisme, tentang hubungan dan hakikat manusia dengan Allah yang maha
mengendalikan, tentang keterbatasan manusia, tentang sempurnanya ajaran-ajaran
Islam, tentang umat Islam yang dituntut kualitasnya, tentang jihad fii sabilillah, tentang cinta, keikhlasan
dan masih banyak lagi. Semoga apa yang ane tulis bisa bermanfaat, kalo kurang
silahkan dibaca dan perbanyak membaca buku lain juga ya gaesss, kemudian ambillah
hikmah sebanyak-banyaknya! Jazakallah.
(Banyuasin, 09 Desember 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar